Siklamat dan sakarin adalah pemanis buatan yang sering digunakan sebagai pengganti gula. Zat ini sering digunakan masyarakat dalam proses pembuatan makanan dan minuman termasuk madu.
Kami sangat menyarankan masyarakat untuk berhati-hati dalam memilih makanan atau minuman yang mengandung zat ini. Karena pemakaian dalam jangka panjang akan berefek pada kesehatan kita.
Simak ulasan berikut.
Daftar Isi
Siklamat
Siklamat adalah pemanis buatan yang memiliki tingkat kemanisan sekitar 30-50 kali lebih manis dari gula pasir (sukrosa). Siklamat biasanya digunakan dalam bentuk garam natrium atau kalsium.
Meskipun memiliki rasa manis yang kuat, siklamat tidak memiliki aftertaste pahit seperti sakarin. Penggunaan siklamat telah dilarang di beberapa negara karena kekhawatiran terkait potensi efek sampingnya. Namun, di beberapa negara lain, termasuk Indonesia, siklamat masih diizinkan penggunaannya dalam batas tertentu.
Penggunaan berlebihan pada siklamat dapat memberikan efek yang kurang baik pada kesehatan.
Sakarin
Sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki tingkat kemanisan sekitar 300-700 kali lebih manis dari gula pasir. Sakarin sering digunakan dalam produk makanan dan minuman rendah kalori.
Sakarin memiliki aftertaste pahit atau metalik, terutama pada konsentrasi tinggi. Seperti siklamat, sakarin juga pernah menjadi subjek kontroversi terkait keamanan penggunaannya. Namun, saat ini, sakarin dianggap aman untuk dikonsumsi dalam batas yang wajar.
Akan tetapi, penggunaan sakarin yang berlebihan dapat memicu berbagai masalah kesehatan.
Perbedaan Utama Antara Siklamat dan Sakarin
- Tingkat Kemanisan: Sakarin jauh lebih manis daripada siklamat.
- Aftertaste: Sakarin memiliki aftertaste pahit, sedangkan siklamat tidak.
- Status Regulasi: Keduanya memiliki sejarah kontroversi, tetapi saat ini diizinkan penggunaannya di Indonesia dengan batasan tertentu.
Kontroversi Siklamat dan Sakarin

Kontroversi seputar siklamat dan sakarin terutama berkaitan dengan potensi risiko kesehatan yang dikaitkan dengan konsumsi pemanis buatan ini. Berikut adalah poin-poin penting mengenai kontroversi tersebut :
Siklamat
Kontroversi seputar siklamat dan sakarin terutama berkaitan dengan potensi risiko kesehatan yang dikaitkan dengan konsumsi pemanis buatan ini. Berikut adalah poin-poin penting mengenai kontroversi tersebut :
- Larangan di Beberapa Negara:
- Pada tahun 1969, siklamat dilarang di Amerika Serikat setelah penelitian menunjukkan adanya hubungan antara siklamat dan kanker kandung kemih pada tikus.
- Larangan ini memicu perdebatan dan penelitian lebih lanjut, dan hingga saat ini, siklamat masih dilarang di beberapa negara.
- Keamanan yang Dipertanyakan:
- Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa siklamat aman dikonsumsi dalam batas tertentu, kekhawatiran mengenai potensi efek karsinogenik masih ada.
- Hal ini menyebabkan perbedaan pendapat di antara lembaga pengawas makanan di berbagai negara.
Sakarin
- Potensi Karsinogenik (sifat suatu zat atau faktor yang berpotensi menyebabkan kanker) :
- Seperti siklamat, sakarin juga pernah dikaitkan dengan kanker kandung kemih pada tikus.
- Pada tahun 1970-an, sakarin sempat dilarang di Kanada dan diberi label peringatan di Amerika Serikat.
- Perubahan Status:
- Setelah penelitian lebih lanjut, sakarin dikeluarkan dari daftar bahan karsinogenik di Amerika Serikat pada tahun 2000.
- Saat ini, sakarin dianggap aman dikonsumsi dalam batas yang ditetapkan.
- Aftertaste Pahit:
- Salah satu keluhan umum tentang sakarin adalah rasa pahit atau metalik yang tertinggal setelah dikonsumsi.
Untuk Jadi Perhatian :
- Kontroversi mengenai siklamat dan sakarin sebagian besar berpusat pada hasil penelitian pada hewan, yang tidak selalu dapat diaplikasikan langsung pada manusia.
- Lembaga pengawas makanan seperti BPOM di Indonesia telah menetapkan batas aman penggunaan siklamat dan sakarin dalam produk makanan dan minuman.
- Konsumsi berlebihan pemanis buatan apapun, termasuk siklamat dan sakarin, sebaiknya dihindari.
- Penelitian yang lebih baru, menunjukan bahwa konsumsi pemanis buatan seperti siklamat dan sakarin, dapat mempengaruhi metabolisme tubuh, dan kesehatan pencernaan.
- Oleh karena itu, konsumen disarankan untuk mengonsumsi pemanis buatan secara bijak dan membaca label produk dengan cermat.
Batas Aman Pemakaian Siklamat dan Sakarin Versi BPOM

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia mengatur batas aman penggunaan siklamat dan sakarin dalam produk makanan dan minuman. Berikut adalah informasi mengenai batas aman tersebut :
Siklamat
- BPOM mengizinkan penggunaan siklamat dalam produk makanan dan minuman tertentu dengan batasan yang telah ditetapkan.
- Batas maksimum penggunaan siklamat diatur dalam Peraturan BPOM No. 11 tahun 2019, salah satu contohnya persyaratan batas maksimum siklamat dalam minuman berbasis air berperisa adalah < 350 mg/kg yang dihitung berdasarkan produk siap konsumsi.
- Penting untuk diperhatikan bahwa penggunaan siklamat dilarang pada produk pangan yang dikonsumsi oleh kelompok tertentu, seperti bayi, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Sakarin
- BPOM juga mengizinkan penggunaan sakarin dalam produk makanan dan minuman tertentu dengan batasan yang telah ditetapkan.
- Penggunaan sakarin diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan. Di dalam peraturan itu, sakarin diizinkan penggunaanya untuk produk pangan, dengan jumlah yang dibatasi dosis tertentu.
- Sama seperti siklamat, penggunaan sakarin juga dilarang pada produk pangan yang dikonsumsi oleh kelompok tertentu, seperti bayi, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, mungkin kita sudah punya gambaran mengenai Siklamat dan Sakarin. Kami mengambil kesimpulan bahwa, terlepas diijinkan sesuai batas wajar atau tidak, pemanis buatan ini kurang baik bagi kesehatan kita.
Oleh karena itu, kami sangat menyarankan kepada masyarakat untuk menghindari konsumsi makanan atau minuman yang mengandung zat tersebut.
Produk kami yaitu Madu Sorban merupakan Madu yang 100% Murni, No Campuran, No Siklamat, No Sakarin.